MEDAN - Pandemi membuat semua hal mesti menyesuaikan. Berbagai aspek kehidupan berimbas, termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Gaya belajar berubah dan menyesuaikan dikarenakan adanya keterbatasan. Tatap muka menjadi tatap maya. Kemudian mencoba kembali tatap muka, namun karena regulasi kembali lagi ke tatap maya.
Melihat kondisi ini, sepakatlah bahwasanya mental dan kompetensi para guru harus menjadi paket lengkap untuk mendapatkan perhatian yang khusus, terutama dengan kondisi yang tak bisa diprediksi akan selesai sampai kapan, maka dunia pendidikan pun harus bisa beradaptasi.
Berdasarkan hal tersebut, Baitulmaal Muammalat, sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional yang berkedudukan di Sumatera Utara, menggandeng sekumpulan anak muda yang peduli akan perkembangan dunia pendidikan, yang tergabung di Jadi Adaptik, menyelenggarakan beasiswa bagi para tenaga pendidikan melalui program 1001 Beasiswa Menjadi Guru ADAPTIF. Sebagai bentuk kick off, program perdana dilaksanakan bagi 100 orang guru di Binjai, Jumat (4/3/2022).
Muhammad Irpan , selaku koordinator gerakan Jadi Adaptik menjelaskan, misi utama mereka adalah mendukung guru-guru untuk menjadi adaptif. “Adaptif sendiri merupakan singkatan dari Andal Dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Saya bersama rekan-rekan yang memiliki vibes yang sama berusaha mendukung bagi para pendidik dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Dan langkah awal ini kami didukung secara ide program oleh Baitulmaal Muammalat,” jelasnya.
Budi Syahputra, selaku Kepala Perwakilan Baitulmaal Muammalat Sumatera Utara mengatakan apa yang dirintis oleh rekan-rekan Jadi Adaptik, merupakan suatu terobosan menarik yang patut didukung. “Sebagai lembaga ummat yang juga memiliki peran penting dalam memberikan arah transformasi yang lebih baik dengan menjadikan para guru untuk lebih adaptif adalah tugas kita bersama. Karena guru-guru juga memiliki peran dalam membangun pendidikan yang lebih baik, setelah di dapatkan dari para orang tua di rumah masing-masing tentunya,” ucapnya.
Menurut Budi, pandemi menjadi evaluasi besar-besaran bagi institusi pendidikan. Ketika para siswa dan guru belum terlalu beradptasi maka tantangan yang akan dihadapi banyak sekali, misalnya saja antusias siswa rendah, menjadi cepat bosan, partisipasi rendah bahkan belajar sambilan. “Ini tantangan besar bagi para guru, sudah saatnya para guru bertransformasi menjadi guru yang lebih adaptif,” tambahnya.
Untuk menjadi guru adaptif, tantangan guru saat ini adalah harus mampu membuat desain pembelajaran yang bervariasi. "Desain pembelajaran itu juga mencakup bagaimana guru lebih peduli akan kepribadian siswa, hingga ke capaian pembelajaran. Untuk itulah kehadiran Jadi Adaptik diharapkan mampu mendukung guru-guru di Indonesia menjadi adaptif dan dimulai dengan adanya program beasiswa bagi para guru khususnya di Sumut,” tukas Muhammad Irpan.
Program Beasiswa 1001 Guru Menjadi Adaptif ini telah melewati rangkaian pendaftaran dan seleksi. Baitulmaal Muammalat bersama Jadi Adaptik menargetkan akan ada 20 sekolah yang mereka sasar, hingga sampai ke berbagai daerah kabupaten. Rangkaian beasiswa ini terdiri dari pelatihan hingga pendampingan. (ay/mm)