Kadinkes Asahan dr. Nanang Fitra Aulia didampingi Ketua Yayasan Mentari Meraki Asahan Asahan Nurul Huda memberikan piagam kepada dr Nini Deritana Sp.P, Senin (30/1/2023). (foto:mm/Ismanto) |
Karena itu, dibutuhkan komitmen para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam menurunkan angka kejadian TBC, juga sekaligus mencapai target eliminasi TBC pada 2030.
Demikian paparan Ketua Yayasan Mentari Meraki Asa Asahan, Nurul Huda, dalam Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis, di Kisaran, Senin (30/01/2022).
"Pelayanan serta akses kesehatan yang baik sangat dibutuhkan agar memberikan dampak signifikan kesadaran masyarakat terhadap gejala TBC. Karena itu kita mengajak seluruh para pemangku kepentingan untuk mencapai target eliminasi TBC, " kata Nurul Huda.
Hadir pada kesempatan itu, diantaranya, Kepala Dinas Kesehatan, dr. Nanang Fitra Aulia, Ahli Paru RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran, dr. Nini Deritana Sp.P. dan sejumlah insan pers serta anggota Yayasan Mentari Meraki Asa Asahan.
Yayasan Mentari Meraki Asa Asahan merupakan komunitas yang berperan dalam melakukan advokasi, pendampingan serta turut mengevaluasi terhadap program-program terkait eliminasi dan kepentingan penderita TBC, di Kabupaten Asahan.
Nurul Huda mengungkapkan bahwa pihaknya telah menemukan terduga TBC sebanyak 1.669 kasus dan positif TBC 414 kasus pada 2022. Data tersebut hasil skrining yang menyasar ke sekolah-sekolah, pesantren dan sejumlah daerah di Asahan.
Jika merunut data Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, temuan kasus TBC pada 2020 sebanyak 1.015 kasus. Pada 2021, jumlah kasus menurun sebanyak 156 kasus, yakni 859 kasus. Namun pada 2022, jumlah kasus melonjak menjadi 1.336 kasus.
"Pada tahun ini, kita menargetkan temuan kasus terduga TBC sebanyak 5.291 kasus dan 756 positif TBC di Asahan pada 2023. Hal itu dalam rangka percepatan eliminasi TBC," katanya.
Menurut ahli paru RSUD H. Abdul Manan Simatupang, dr. Nini Deritana, fluktuasi jumlah kasus yang terjadi dalam kurun waktu tiga tahun itu--2020-2022, khususnya 2021, akibat pandemi COVID-19.
Banyak warga yang enggan melakukan skrining karena takut dinyatakan tertular virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan itu. "Makanya, ketika pandemi COVID-19 mereda, masyarakat mulai memeriksakan kesehatannya lagi," kata Nini.
Menurutnya, ada beberapa faktor kendala dalam upaya eliminasi TBC. Diantaranya, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap gejala TBC. Kemudian, rendahnya pelayanan kesehatan yang menjadi pemicu rendahnya standar pelayanan minimun (SPM).
"Menemukan kasusnya gampang. Tapi memastikan pengobatan para penderita TBC sampai tuntas, itu yang sulit. Sekalipun mereka telah diberikan enabler (dana transport) khusus kepada pasien TBC MDR, "katanya.
Kadis Kesehatan Kabupaten Asahan, dr. Nanang Fitra Aulia menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya menanggulangi penyakit menular itu. Salah satunya dengan menambah alat Tes Cepat Molekuler (TCM).
Alat yang digunakan untuk tes diagnostic itu telah disebar di 5 Puskesmas dan 1 rumahsakit. Alat Tes tersebut guna memeriksa kuman pada sputum (dahak) pasien.
"Pada prinsipnya, kita (Pemkab Asahan) siap berkolaborasi mencapai target eliminasi TBC dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan sehat bebas TBC," pungkasnya. (Ismanto Panjaitan)