TAPANULI TENGAH (MM) - Sekitar dua ribuan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Tapanuli Tengah (AMP-TT) demo ke Gedung DPRD Tapteng di Jalan Raja Junjungan Lubis, Pandan, Selasa (22/5/2023).
Mereka mendesak Menteri Dalam Negeri (Mendagri) mencopot Elfin Ilyas Nainggolan dari jabatannya sebagai Pejabat (Pj) Bupati Tapteng.
Massa yang dikoordinir Joko Pranata Situmeang, Demakson Tampubolon, Ronald Pakpahan, Dennis Simalango, Daniel Lumban Tobing, Raju Firmanda Hutagalung, Rudolf Siagian, dan lainnya itu, menilai Elfin gagal melaksanakan tugas pemerintahan, seperti menindak tegas pelaku ilegal fishing yang merugikan nelayan kecil dan melaksanakan Upah Minumum Kabupaten (UMK) sesuai undang-undang (UU) No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Kemudian, Elfin juga dinilai tidak mampu mengatasi persoalan permasalahan (penyerobotan) lahan yang masih marak dan menindas masyarakat kecil Tapteng, serta mengatasi persoalan pengurusan administrasi di kantor Pemkab Tapteng, seperti di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Capil).
Selain dinilai gagal melaksanakan tugas pemerintahan, Elfin yang dilantik Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi, pada 14 November 2022 itu juga, dinilai gagal dalam menjaga sikap dan netralitasnya menjelang tahun politik di Tapteng. Elfin diduga memberikan ruang kepada salah satu ketua partai politik di Tapteng dan dalam berbagai kegiatan pemerintahan di Tapteng.
Massa yang datang dengan membawa berbagai spanduk dan poster bertuliskan penolakan terhadap Pj Bupati Tapteng Elfin Ilyas ke Gedung DPRD itu, sekaligus juga untuk menyampaikan langsung pernyataan sikap dan tuntutan mereka itu kepada anggota DPRD Tapteng guna dapat diteruskan ke Mendagri.
Namun ironi, tidak seorang pun dari 35 anggota DPRD Tapteng saat itu berkenan menerima kehadiran massa. Bahkan ke-35 anggota DPRD Tapteng itu kabarnya tidak berada di gedung dewan terhormat tersebut, termasuk Sekretaris DPRD Tapteng.
"Fakta sekarang, hari ini kita lihat 35 DPRD saat ini tidak ada di sini. Kami menduga keberpihakan anggota DPRD tidak lagi bersama rakyat Tapteng. Buktinya, saat ini tidak ada satu orang pun anggota DPRD yang hadir,” kata Dennis Simalango dan Raju Firmanda Hutagalung dalam orasi mereka secara bergantian terkait ketiadaan anggota DPRD Tapteng yang menerima kedatangan massa.
Dennis dan Raju pun dengan lantang dan tegas meminta kepada massa peserta aksi termasuk masyarakat Tapteng, untuk "berpikir" kembali memilih ke-35 anggota DPRD Tapteng tersebut sembari membeberkan satu persatu nama-nama mereka. Keduanya menilai ke-35 anggota DPRD Tapteng tersebut sudah tidak merepresentasikan diri sebagai perwakilan rakyat.
"Sampaikan kepada keluarga terdekat kita, istri kita, suami kita, kakak kita. Jangan takut. Momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei, merupakan momentum kebangkitan untuk Tapteng lebih baik," tukas Dennis.
#Nyaris Bentrok
Aksi massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Tapanuli Tengah (AMP-TT) itu terpantau sempat tegang dan mencekam.
Selain mengusir salah seorang pria berpakaian batik karena diduga sebagai penyusup, serta hampir merobohkan pintu pagar Gedung DPRD Tapteng karena tidak adanya anggota DPRD Tapteng yang mau menerima massa, massa nyaris saja bentrok dengan personil Satpol PP yang berada di Kantor Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (P2KAD) Tapteng.
Peristiwa itu dipicu dari dugaan adanya perkataan "kotor" terhadap massa yang dilontarkan oleh salah seorang oknum anggota Satpol PP Tapteng yang berada di kantor P2KAD tersebut. Dugaan perkataan "kotor" oknum anggota Satpol PP itu didengar oleh beberapa orang massa saat itu.
Beruntung situasi itu dapat dikendalikan anggota kepolisian dan Brimob serta koordinator lapangan dan orator aksi Dennis Simalango. Bahkan untuk meredakan emosi massa yang
sudah siap menyerang, petugas kepolisian meminta para anggota Satpol PP yang berada di kantor dinas pendapatan itu masuk ke dalam kantor.
Orator aksi Dennis Simalango dan Raju Firmanda Hutagalung, Daniel Lumban Tobing sebelumnya sudah "memagari" massa agar tidak terpancing dengan kemungkinan akan adanya upaya-upaya provokasi yang sengaja diciptakan/dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang tidak menginginkan aksi AMP-TT berjalan damai. Bahkan Dennis sampai-sampai membela anggota Satpol PP dengan menyebut kepada massa bahwa anggota Satpol PP adalah kawan dan bukan lawan dalam aksi yang digelar.
Atas insiden yang terjadi itu, Dennis pun dalam orasinya dengan tegas memastikan, akan membawa kasus dugaan "pelecehan terhadap massa AMP-TT" itu ke ranah hukum dengan melaporkan oknum Satpol PP tersebut kepada pihak kepolisian.
"Kita pastikan, kita akan melaporkan oknum anggota Satpol PP Tapteng tersebut kepada pihak kepolisian," seru Denis lantang.
Pantauan medanmerdeka.com, setelah melakukan aksi selama lebih kurang empat jam yang dimulai dari pukul 13.00 WIB hingga menjelang pukul 18.00 WIB itu, massa yang datang dari 20 kecamatan di Tapteng itu akhirnya mengakhiri aksi mereka dan bergerak ke wilayah masing-masing menggunakan puluhan mobil pengangkutan yang mereka kendarai sebelumnya, seperti truk, pikap, mobil pribadi, maaupun sepeda motor (septor).
Namun, sebelum meninggalkan lokasi, massa terlebih dahulu membersihkan sampah dari sisa makanan dan minuman mereka yang berserakan di sepanjang lokasi aksi. (jhonny simatupang)