Andaliman, Bumbu Dapur Khas Batak yang Bermanfaat Bagi Kesehatan

Sebarkan:
Tanaman Andaliman merupakan bumbu dapur masakan khas batak. (foto/ist)
TANAMAN endemik, andaliman yang disebut dalam bahasa latin 'zanthoxylum acanthodium' termasuk jenis tumbuhan suku jeruk - jerukan rutaceae salah satu tumbuhan endemik yang dapat tumbuh subur di sekitaran kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatra Utara, Indonesia.

Meskipun dapat tumbuh subur di beberapa Kabupaten kawasan Danau Toba seperti, Kabupaten Samosir, Simalungun, Dairi, Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara namun hasilnya tidak semaksimal pertumbuhannya seperti di Kabupaten Toba.

Tidak maksimalnya produksi panen andaliman dari setiap daerah di Danau Toba, selain memiliki kualitas yang berbeda - beda dari setiap daerah mengakibatkan stok pasokan andaliman menjadi terbatas yang menyebabkan saat - saat tertentu dihargai sangat tinggi, bisa mencapai Rp. 500. 000 perkilonya.

Sementara permintaan pasar sangat tinggi, dikarenakan buah berbentuk bulat butiran kecil berwarna hijau, mirip lada atau merica tidak pernah lepas untuk dijadikan bumbu masakan bagi masyarakat suku Batak untuk penyedap masakan seperti, arsik, naniura, saksang, natinombur dan lain sebagainya.

Diyakini buah ini digemari oleh suku Batak, sebab memiliki citarasa yang unik atau khas, selain pedas yang menimbulkan rasa bergetar (mangintir) di lidah setelah dicicipi juga berdampak dapat menghangatkan tubuh dari kondisi alam di kawasan Danau Toba yang notabene bersuhu sejuk bisa saja disebut meningkatkan daya tahan tubuh.

Hal ini sangat memungkinkan andaliman bermanfaat bagi kesehatan karena diyakini memiliki kandungan nutrisi di dalamnya seperti, vitamin c, zat besi, vitamin B1, karoten, protein, serat, kalsium, fosfor dan juga memuat senyawa senyawa flavonoid, terpen, pyrroloquinoline, quaternary isoquinoline, dan alkaloid porphyrine yang bermanfaat bagi kesehatan.

Janner Manurung, salah seorang warga Porsea, Kabupaten Toba saat ditemui di kediamannya, Selasa (20/8/24) saat sedang mengolah bahan makanan berbahan andaliman 'naniura' mengatakan, tidak lengkap rasanya mengolah naniura apabila tidak menggunakan bumbu andaliman terlebih sesuai takaran.

"Hambar rasanya jika andaliman tidak disertakan dan dapat mengurangi rasa nikmat dalam olahan makanan naniura serta ciri khas masakan Batak. Selain juga efek dari bumbu ini menjadikan makanan yang diolah lebih tahan lama ketimbang tidak dibubuhi," terang Janner.

Dirinya juga mengisahkan, salah seorang kerabatnya meminta agar mengiriminya olahan masakan 'naniura' dimana makanan tersebut tidak dimasak menggunakan api, tetapi hanya dilumuri berbagai macam bumbu spesial ciri khas suku Batak, setelahnya dapat langsung dimakan.

Kerabatnya meminta jenis makan 'naniura' dari ikan tawar, dikirim dalam dua porsi berbeda, dimana satu porsi tidak menggunakan andaliman dan porsi lainnya menggunakan andaliman. Menurutnya, kerabatnya ingin melakukan perbandingan cita rasa yang sebenarnya untuk olahan makanan tersebut.

"Mungkin saja niat dari kerabat saya ingin mengetahui senikmat apa olahan makanan yang dikenal sebagai jenis olahan makanan spesial para raja - raja Batak terdahulu. Singkat cerita setelah mereka menikmati kedua porsi 'naniura' berbeda yang dikirim, kerabat saya mengungkapkan kekaguman rasa satu porsi yang dibumbui andaliman lebih sempurna rasanya dan bau amis dari ikan yang diolah menjadi hilang," tuturnya mengisahkan.

Lanjut dia, kenikmatan olahan makanan berbahan andaliman bisa saja berbeda, tergantung asal andaliman yang dibeli berasal dari daerah mana. Karena faktor dari daerah tumbuhnya andaliman sangat berpengaruh terhadap aroma dan rasa andaliman tersebut.

"Jika saya lebih memilih andaliman yang berasal dari Kecamatan Habinsaran, Borbor dan Nassau, Kabupaten Toba karena aroma yang tajam dan rasa lebih pedas dan mangintirlah, sesuai dan pas di lidah penikmat olahan makanan khas Batak, dibanding andaliman dari Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan," tandas Janner.

Harapan ke depannya, bagaimana upaya dari pemerintah dalam mengatasi pertumbuhan andaliman agar merata di kawasan Danau Toba dan mengupayakan cita rasa andaliman tidak terlalu mencolok sehingga kebutuhan andaliman tidak terkendala yang juga berdampak nantinya harga tidak terlalu tinggi.

Pemerintah Kabupaten Toba, melalui Dinas Pertanian sudah pernah melakukan upaya mengatasi kendala pertumbuhan andaliman, bahkan telah mengundang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) agar melakukan pengembangan budidaya tanaman andaliman.

Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian Toba, Frisda Napitupulu mengatakan, di tahun 2018 lalu pihak BRIN sudah langsung turun ke lokasi yakni, Kecamatan Borbor untuk melihat langsung tumbuhan andaliman yang tumbuh di hutan kaki - kaki gunung agar dijadikan untuk bahan riset, Karena andaliman kualitas terbaik terletak di lokasi tersebut.

"Tetapi sayang sebelum riset tersebut berlanjut, negara kita Indonesia terdampak pandemi Covid - 19 sehingga anggaran yang sudah di program terpakai untuk dana Covid. Hingga saat ini belum ada kepastian, Dinas Pertanian Toba tidak mungkin melakukan riset karena disamping ahlinya tidak ada demikian juga anggaran Kabupaten Toba yang minim," ujar Frisda.

Menurut Frisda, hal yang wajar harga andaliman fluktuatif dikarenakan tempat tumbuhnya andaliman sangat jauh dari pemukiman penduduk, ketika mereka survei bersama BRIN, untuk ke lokasi menempuh perjalanan cukup jauh dan melelahkan. Belum lagi untuk memanen buah andaliman yang sangat sulit dan harus berhati - hati sebab dahan dari tempat buahnya dipenuhi duri. 

"Saat ini yang dapat dilakukan Dinas Pertanian Toba sebatas melakukan pembinaan, bagaimana merawat andaliman agar tumbuh subur sehingga menghasilkan buah yang maksimal. Sementara untuk melakukan pembenihan agar dapat tumbuh dimanapun dan menghasilkan buah yang maksimal belum mampu diatasi," jelasnya.

Dinas Pertanian Toba mengakui sudah ada beberapa daerah yang menanam andaliman seperti di Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba memang dapat tumbuh namun tidak semaksimal yang tumbuh di Kecamatan Borbor, Nassau dan Habinsaran baik rasa dan hasil panennya.

"Semoga saja pihak BRIN sudah memiliki anggaran untuk melakukan riset tanaman andaliman pasca Covid yang melanda kita, sehingga masalah ini dapat teratasi nantinya," harap Frisda. (Acon)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com