PILKADA RAJA BATU BARA 'Jadi Barang Tu...!'

Sebarkan:
Danil Fahmi, SH.
MEMASUKI pekan terakhir Agustus 2024, tenggat waktu pendaftaran persiapan pasangan calon kepala daerah sesuai jadwal tahapan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di seluruh Indonesia, pasangan bakal calon pimpinan daerah di berbagai wilayah telah mengaqadkan janji setianya dalam pelayaran Pilkada 2024. 

Di Batu Bara, 3 pasang bakal calon sudah "risik publik" beserta "mahar" dan "aqad" sudah dibuatkan. Setidaknya, prediksi khalayak tak terlalu jauh dari pasangan nama-nama yang sudah menebar undangan flyer dan materi komunikasi dukungan publiknya. 

Di posisi teranyar dan terpopuler, ada incumben Bupati Batu Bara 2018-2023, Zahir yang digadang berpasangan dengan tokoh luar kampung Aslam Rayuda dari Partai PDIP. Pasangan Terbeken yaitu Baharuddin Siagian dan Syafrizal yang diusung koalisi akbar Gerindra, PKS, PPP dan PAN. Kemudian pasangan terlawas adalah H. Darwis dan Oky Iqbal Frima yang didukung Partai Nasdem, Golkar dan Demokrat. 

Setidaknya, dengan pemunculan nama pasangan bakal calon kepala daerah yang akan berlaga pada Rabu Pon, 27 November 2024 sudah hampir menyelesaikan Bab 1 Pendahuluan dari Bab-Bab Pertarungan selanjutnya. Pasangan calon sudah bisa memanaskan mesin politik di "grass root" nya masing-masing. Eks. 

Bupati Zahir, memang terseok-seok di semester awal 2024 ini, mengakhiri masa jabatan dengan persoalan hukum menjadikan elit lokal menyimpulkan Zahir tak lagi "sexy" dalam perhelatan ini. Namun, dengan investasi politik Zahir 10 tahun belakangan di PDIP, cukup membawa PDIP menjadi sejahtera berjaya di Batu Bara dengan capaian 10 kursi (25%) dewan Batu Bara, menjadikan Zahir sosok yang bukan barang mudah ditaklukkan, atau setidaknya lawan tak boleh "meleng" kalau tak ingin ditempeleng.

Tak hanya tampilan gedung partai yang mentereng, dipastikan pula mesin politik partai kader ini di akar rumput juga sangat agresif dan progresif sehingga kalaupun Zahir dikatakan tak lagi "Sexy, namun beliau cukup "berisi", apalagi didukung logistik Aslam Rayuda yang mumpuni, maka untuk bertarung di balapan Pilkada ini, Zahir cukup ganti oli sekali untuk bisa menuntaskan finis di tempat pertama. 

Lain Zahir, lain Pula Darwis-Oky, pasangan populer yang isi pembicaraannya tak populis, mempunyai dua ketenaran yang bertolak belakang. Darwis dikenal populer dalam elektabilitas namun dimana-mana disinyalir nirdiksi minim budgeter politik, sedangkan Oky, dikenal melimpah logistik tapi tidak progres dalam kefiguran, setidaknya dari 5 tahun menjabat sebagai Wakil Bupati Batu Bara, Oky tak mampu menancapkan bendera namanya di kalangan konstituen.

Oky boleh berdalih, namun seantero jagat politik Indonesia sudah "mafhum", yang namanya petahana itu spesial dalam perebutan mahkota, dan tak jarang menjadi "The Next King", tapi justru Oky kembali menjadi wakil di 2024 ini dan itu wakil dari calon yang dikalahkannya sendiri pada 2018. 

Namun demikian, dukungan partai beringin Golkar, Nasdem dan Demokrat yang mewakili 8 kursi (20%) dewan di Batu Bara masih cukup mengimbangi Petahana, lebih lebih Golkar baru saja diuji pada Pileg 2024 lalu dengan perolehan Nasional dan Provinsi yang meningkat, hanya saja merosot di tingkat Kabupaten. 

Apalagi beberapa waktu ini, Golkar baru saja "service turun mesin" dengan pergantian Ketua Umum Baru, tentunya akan membawa semangat dan strategi berbeda sampai ke struktural bawah. 

Yang paling menarik, pasangan orang beken Bahar-Syafrizal. Dikatakan beken, karena tak ada yang meragukan kepopuleran keduanya di level elit Lokal sampai Nasional. Bahar sampai hari ini adalah Kadispora Provinsi Sumatera Utara yang sekaligus sedang mengemban tugas dari Presiden sebagai Ketua Harian Pengurus Besar (PB) Pekan Olahraga Nasional ke XXI SUMUT-ACEH. Sedangkan Syafrizal adalah Ketua Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPRD Kabupaten Batu Bara yang punya kemampuan "lobby-lobby" hingga level nasional.

Soal kocek, ketokehan Bahar tak usah diragukan apalagi sekian lama menjabat sebagai eselon IV di Provinsi Sumatera Utara. Disisi lain, dukungan politik akbar yang diraup oleh Bahar sudah menguasai 12 kursi (33% kursi) DPRD Batu Bara. 

Bicara catur politiknya, semua calon pastinya sudah menggelar rumus aljabar potensi, statistik, logistik dan futuristik. Banyak yang terjebak dan dijebak dengan dogmatis skema "Ambil Gerindra, Menang Pilkada" atau doktrin "Dukung Bobby, Menang digaransi".

Sejatinya, pertarungan Pilkada adalah pertempuran dalam kota, setiap calon "head to head" yang berbeda jauh dengan perang terbuka. Banyak variabel lapangan yang membedakan Pilkada dengan tarung Pilpres dan Pileg yang bisa secara struktural dan sistematik dikondisikan. "Apple to apple" Pilkada Gubernur dengan Bupati saja ada perbedaan yang mencolok mengingat sebaran luasan teritori dan demografi, sehingga benar adanya Pilkada Gubernur harus mampu sinkronisasi dengan peta Pilkada di masing-masing wilayah.

Begitu pula corak keragaman demografi, juga harus diperhatikan dengan seksama. Konklusinya keberhasilan pengkondisian Pilkada tingkat Kabupaten adalah jalan paling efektif meraup perolehan angka dukungan kemenangan di Provinsi. 

Perang kota yang terjadi di Kabupaten menjadi sangat menarik, dikarenakan motor tim sukses harus dipastikan menyentuh ke sumbu konstituen untuk dapat mengkonversi suara menjadi kemenangan pasangan calon.

Secara teritori geografis, Darwis memiliki konstituen loyal di wilayah pesisir, antara lain Medang Deras, Tanjung Tiram, Nibung Hangus, Limapuluh Pesisir dan sebahagian Talawi, plus Oky yang mempunyai basis di sebahagian Sei Suka dan Laut Tador.

Zahir masih merajai di Limapuluh Raya, Air Putih, dan Datuk Tanah Datar. Sedangkan Bahar kuat di Sei Balai, sebahagian Talawi dan Datuk Tanah Datar berdasarkan profil historis pasangan calon. 

Variabel kesukuan, dominansi Jawa dan Melayu menjadi perhitungan tersendiri. Zahir cukup menonjol di kalangan Jawa, Batak dan sebahagian Melayu. Sedangkan Darwis mendominasi Melayu sebagai sosok yang sering turun ke basis-basis Melayu di pesisir.Sedangkan Bahar dan Syafrizal cukup dikenal dan dekat dengan sebahagian kecil kalangan Jawa dan elit Batu Bara.

Sejatinya, yang perlu difahami adalah Jawa Batak dengan konsep "getok tularnya", sedangkan Melayu dengan prinsip "kojo seribu, tak kojo limo ratus, kojo tak kojo seribu limo ratus" dapat jadi acuan pengambilan pilihan taktik logistik lapangan. 

Soalan mesin partai, PDIP dengan kader militannya pasti akan habis-habisan melipat gandakan capaian Pileg walaupun minim "dukungan struktural". Darwis-Oky akan bekerja keras membuat restrukturisasi organisasi tim sukses untuk bisa mengawal pasar suara Melayu yang cukup "liquid" dan "evaporatif". Sedangkan Bahar pasti akan memaksimalkan "dukungan struktural" dan militansi dan sistematisnya pendukung PKS. 

Disisi lain, capaian Zahir 41,80% dan Darwis 35,18% pada Pilkada 2018 layaknya menjado baseline angka perhitungan awal bagi pertarungan nasional PDIP versus Koalisi Indonesia Maju Plus yang masih membayangi sampai ke peta politik daerah. Dengan lain perkataan, pertarungan Pilkada Batu Bara adalah tarung dua sisi, Zahir versus Darwis dan Bahar.

Sederhananya kesepakatan tak tertulisnya adalah "asal jangan merah". Selebihnya Pilkada ini adalah perebutan pengaruh minimal 5 tahun ke depan antara Golkar dan Gerindra. Bilamana PDIP mampu memahami kelemahan pola Koalisi Indonesia Maju, akan menjadi kata kunci kemenangan strategi Zahir di luar "PR bilas bilas diri" yang cukup berat. Pada akhirnya, dukungan logistik tebal dan sokongan struktural tidak serta membuat mudahnya "Jadi Barang tu".(*)

Penulis : Danil Fahmi, SH, Pengamat Komunikasi Politik.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com