Ketua Umum Tim Pemenangan Satika Simamora - Sarlandy Hutabarat, Nikson Nababan. (foto/ist) |
Hal itu dikemukakan Nikson Nababan usai menyaksikan pemaparan paslon JTP-Dens dalam debat publik perdana Pilkada Taput yang difasilitasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Taput di Gedung Sopo Nommensen, Komplek Perkantoran Pusat HKBP, Pearaja, Tarutung, Jumat sore (8/11/2024).
Debat perdana tersebut mengusung tema 'Menyejahterakan dan Memajukan Kabupaten Tapanuli Utara (Taput).
Menurut Nikson Nababan, ada dua hal paling paradoks dari pemaparan visi misi paslon JTP-Dens, yakni soal pemberian bantuan senilai Rp10 juta/petani dan program satu rumah satu sarjana. Kedua program ini disebut Nikson, kerap disosialisasikan secara intens oleh paslon nomor urut 2 tersebut selama kampanye kepada masyarakat.
Pertama Nikson Nababan mengurai untuk program pemberian bantuan Rp10 juta/petani atau keluarga petani. Ia mempertanyakan dari mana sumber anggaran yang akan diambil untuk merealisasikan janji kampanye paslon JTP-Dens.
"Jika dikalikan dengan jumlah petani di Taput sebanyak 80 ribu orang, maka total angka bantuan mencapai Rp800 miliar/tahun. Sementara APBD Pemkab Taput hanya Rp1,4 triliun lebih. Lalu dari mana lagi belanja untuk ASN, gaji pegawai, dokter, guru, dan lembaga lainnya diambil," ujarnya kepada wartawan, Minggu (10/11/2024).
Mantan Bupati Taput periode 2014-2024 ini juga menyebut, kandidat nomor urut 2 dengan percaya diri menerangkan bahwa pemberian bantuan Rp10 juta itu bukan secara cash and carry alias tunai, melainkan memfasilitasi para petani secara bertahap dalam bentuk pemberian pupuk dan alat-alat pendukung pertanian.
"Jauh berbeda dengan apa yang diucapkan paslon 02 JTP-Dens saat berkampanye kepada masyarakat sehingga terkesan memberi harapan palsu hanya untuk menarik simpati masyarakat untuk memilih mereka, sementara masyarakat Taput sudah cerdas terkait bantuan bagi petani," ucap dia.
Menyoroti program bantuan kepada petani yang dijanjikan paslon 02 itu, Nikson menilai semasa menjabat bupati 10 tahun, dia sudah merealisasikan hal tersebut. Para petani juga diberikan bantuan pupuk dan mempermudah mereka dengan membeli alat-alat pertanian. "Makanya saya katakan program JTP-Dens itu hanya ilusi belaka," terangnya.
Mengenai janji satu rumah satu sarjana yang digaungkan paslon JTP-Dens, sambung Nikson Nababan, disebutnya sebagai program yang berlebihan dan tidak pasti.
"Menurut saya, menyarjanakan satu orang setiap satu rumah tangga itu adalah program yang berlebihan dan tidak pasti. Paslon nomor 2 mencoba menebar ilusi," ujarnya lagi.
Ia lantas memberikan ilustrasi guna menguatkan argumennya bahwa program dimaksud lebih pantas disebut sebagai ilusi. Bahwa jika terdapat 26 ribu keluarga di Taput yang akan diakomodir dalam program itu, dikali Rp50 juta/orang/tahun untuk menyelesaikan sarjana, sedikitnya harus dianggarkan senilai Rp1,3 triliun. Sementara APBD Taput saat ini hanya berkisar Rp1,4 triliun lebih.
"Artinya dari Rp.1,4 triliun lebih itu, Pemkab Taput juga harus membayar gaji ASN, peningkatan akses pendidikan, kesehatan, peningkatan perekonomian dan pembangunan lainnya. Dengan visi misi yang disampaikan dalam debat terbuka, paslon 02 dinilai bodong. Karena tidak selaras jika dikalkulasikan dengan APBD Pemkab Taput," terang Nikson.
Dikatakan Nikson, persoalan visi misi dan program paslon JTP-Dens yang disampaikan dalam debat terkesan blunder dan tidak masuk logika. Selain itu, pada program jangka panjang nasional dan rencana program jangka panjang daerah (RPJPD) provinsi tidak ada nomenklatur untuk itu.
"Lalu dari mana anggaran untuk merealisasikan janji itu mereka ambil? Artinya visi dan misi paslon 02 tidak jelas. Saya kira masyarakat Taput sudah sangat cerdas untuk menilai paslon mana yang memiliki visi misi dan program lebih realistis untuk diimplementasikan lima tahun ke depan," tegas dia.(Rel/MM)