 |
| Massa DPD LSM WIB aksi di depan gedung Kejari Tapsel. (foto/ist) |
Di depan kantor Disdik Tapsel, Koordinator Aksi, Raynaldi Siregar mengatakan bahwa berdasarkan hasil investigasi dan informasi yang himpun di lapangan diduga Disdik Tapsel mengintervensi para kepala sekolah di Kabupaten Tapsel agar membeli lemari yang dibayar melalui Biaya Operasional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2024.
“Kami menduga bahwa, lemari tiga pintu yang diberikan kepada sekolah-sekolah di Kecamatan Muara Tais, Batang Angkola, dan Tano Tombangan Angkola merupakan titipan Disdik Tapsel,” ujar Raynaldi.
Lanjutnya, bahwa informasi dan keterangan-keterangan di lapangan pihak sekolah mengeluhkan kondisi lemari karena memakai kayu yang diduga tidak berkualitas dan tidak sesuai dengan harga pasaran.
"Pengadaan lemari bukan berdasarkan kebutuhan sekolah dan tidak masuk dalam Rencana Anggaran Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS),” pungkasnya.
Setelah melakukan orasi di disdik Tapsel, Massa LSM WIB bergerak menuju Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Tapsel, melakukan orasi kembali. DPD LSM WIB dengan penuh kesadaran meyakini adanya kejanggalan pada pengadaan lemari tiga pintu kepada sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Tapsel.
"Kami menduga bahwa adanya intervensi dari Disdik Tapsel untuk pengadaan lemari tiga pintu tersebut,” beber Raynaldi di depan Kejari Tapsel.
Menyahuti aksi unjuk rasa, Kepala Seksi Intelijen Kejari Tapsel, Obrika Yandi Simbolon, SH mengatakan, kepada adek-adek mahasiswa agar membuat Pengaduan Masyarakat (Dumas) kepada kami agar bisa kita panggil yang bersangkutan.
Mendegar jawaban dari Kasi Intel Kejari Tapsel, massa LSM WIB membubarkan diri dengan tertib dan selanjutnya akan membuat laporan Dumas ke Kejaksaan terkait dugaan Dana BOS TA 2024.(Bambang Ginting)
