![]() |
Penulis : CHOKING SUSILO SAKEH. |
SUDAH dilantik oleh Presiden Prabowo di Istana Merdeka (20 Febr. 2025), sudah pula mengikuti retreat di Akmil Magelang (21-28 Febr. 2025). Lalu, sudah disambut meriah di Bandara Kualanamu (1 Maret 2025), pun sudah pula mengikuti prosesi sertijab dan pisah sambut dengan Pj Gubernur Sumatera Utara di Aula Raja Inal Siregar kantor Gubernur Sumatera Utara (3 Maret 2025). Maka, selamat untuk Bapak Bobby Nasution, Gubernur Sumatera Utara ke-19 priode 2025-2030.
Sebagai pimpinan tertinggi di Provinsi Sumatera Utara, bisalah kita mematut-patutkan bahwa Bobby Nasution sesungguhnya adalah putra terbaik di provinsi ini. Setidak-tidaknya, terbaik berdasarkan UU No. 10/Tahun 2024 tentang Pilkada Serentak. Sebab, hanya para “Putera Terbaik”-lah yang mampu mendapatkan dukungan dari partai politik untuk menjadi calon kepala daerah, sebagaimana disyaratkan oleh undang-undang tersebut.
Maka, Bobby Nasution adalah putra terbaik Sumatera Utara. Sebagai bukti awalnya, dia mampu mendapatkan dukungan mayoritas partai politik Sumatera Utara untuk diusung maju sebagai calon Gubernur Sumatera Utara. Bobby Nasution hanya menyisakan Partai PDIP dan Hanura saja untuk mengusung Edy Rahmayadi, sebagai calon Gubernur Sumatera Utara yang akan menjadi lawan tandingnya.
Dan bersama Surya sebagai wakilnya, Bobby Nasution memenangkan Pilkada Sumut 27 Nov. 2024 dengan meraih 3.645.611 suara. Bobby/Surya mengalahkan Edy Rahmayadi/Hasan Basri Sagala, yang hanya meraih 2.009.311 suara.
Jika perolehan suara Bobby Nasution dibandingkan dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Sumatera Utara sebanyak 10.771.496 pemilih, maka Bobby Nasution hanya dipilih oleh sekitar 33,84 persen dari pemilih tetap yang ada di Sumatera Utara. Atau, jika perolehan suara Bobby Nasution tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumut saat ini sebanyak 15.785.839 jiwa, maka Bobby Nasution hanya didukung oleh 23,10 persen total jumlah penduduk Sumatera Utara. Dengan demikian, persentase ini bisa dimaknai, bahwa sesungguhnya Bobby Nasution adalah putra terbaik Sumut dengan ‘beberapa catatan’.
Dan kalau kemudian kita menyimak berbagai masalah pada proses penyelenggaraan Pilgubsu 2024, maka keberhasilan Bobby Nasution memenangkan Pilgubsu 2024 tersebut tidak serta merta mengkukuhkan Bobby Nasution adalah benar-benar putra terbaik Sumatera Utara. Apalagi sangat besar kemungkinan, bahwa Bobby Nasution memenangkan pilgubsu 2024 tidak semata-mata karena dia memang putera terbaik Sumatera Utara. Tetapi, lebih dikarenakan berbagai faktor-faktor lainnya.
Maka dari itu, pak Gubsu, santailah…
Kepala Daerah Oplosan
Konon ada adagium, bahwa “dari sebuah pilkada oplosan, hanya akan melahirkan kepala daerah oplosan. Dari sebuah pilkada abal-abal, hanya akan melahirkan kepala daerah abal-abal”.
Aku tak ingin menyatakan, betapa Pilgubsu 2024 itu adalah pilkada abal-abal dan oplosan : ada cawe-cawe dari ‘orang dalam’ (ordal), penuh intervensi, intimidasi dan sejenisnya. Pun, aku tak ingin mendorong publik sepakat menyatakan pilgubsu 2024 adalah pilgubsu abal-abal. Meski sesungguhnya, pemilu di negeri ini jauh dari kata jujur dan adil. Tapi, abaikanlah itu.
Adalah sangat kebetulan, jika seusai prosesi pelantikan kepala daerah kita langsung memasuki bulan suci Ramadhan. Karenanya, tak salah andai kita mengajak pak Gubsu untuk memanfaatkan Ramadhan kali ini sebagai bulan instropeksi, terkhusus : apakah Pilgubsu 2024 memang berlangsung jujur adil tanpa ada upaya cawe-cawe ordal dan kroninya? Apakah kemenangan yang diraih Bobby Nasution pada Pilgubsu 2024 itu murni tanpa ngoplos?
Andai kaji diri di bulan Ramadhan ini memberitahu pak Gubsu, bahwa kemenangannya di Pilgubsu murni adalah semata-mata memang dikarenakan sosoknya benar-benar sebagai putera terbaik, maka tak mestilah kemudian Bobby Nasution untuk tetap berperilaku mentang-mentang dan sor sendiri, sebagaimana prilakunya saat menjadi Wali kota Medan. Sebab, berdasarkan kesepakatan para penghuni planet bumi ini, bahwa yang abadi itu hanyalah “Perubahan”. Kepatuhan publik kepada ordal sang beking, sangat bisa berubah seiring waktu. Begitu pula kondisi politik negeri ini, pun sangat besar peluangnya untuk berubah.
Sebaliknya, andai kaji diri di bulan Ramadhan memang memberitahu, bahwa kemenangan di Pilgubsu 2024 itu penuh dengan cawe-cawe : abal-abal dan oplosan, pun taklah mesti membuat Bobby Nasution untuk berkecil hati, apalagi sampai tak percaya diri. Cukup perbaharui niat saja. Dengan begitu, mudah-mudahan semuanya bisa berjalan baik, serta mendapat dukungan penuh dari rakyat Sumatera Utara.
Artinya, tak usahlah pake merajuk-ajuk. Apalagi sampai menyalahkan OPD segala. Sebab, merajuk dan menyalahkan fihak lain, itu mencerminkan prilaku kepemimpinan mentang-mentang dan sor sendiri. Padahal, tidak ada jaminan bahwa pola kepemimpinan mentang-mentang dan sor sendiri yang selama empat tahun diperlihatkan Bobby Nasution saat memimpin Kota Medan sebelumnya, kelak akan bisa diterima oleh rakyat Sumatera Utara.
Bisa jadi, kini rakyat telah semakin berani menertawakan prilaku kepemimpinan mentang-mentang dan sor sendiri tersebut. Dan, karenanya, Pak Gubsu, santai sajalah.
Mangkanya…
---------------------------------------------------------
*Penulis adalah Jurnalis, menetap di Medan.