![]() |
Pasar Tradisional Limapuluh, sepi pengunjung. (foto/ist) |
PEKAN Limapuluh Kota, Kecamatan Limapuluh, salah satu bukti saksi sejarah perputaran ekonomi di wilayah ini hidup sejak puluhan tahun lalu. Dulunya pasar tradisional ini menjadi pusat ekonomi, yang kini masih suri.
Namun pemandangan ini tak terlihat lagi. Ratusan sepeda motor yang dulunya lalu lalang membawa sayur dan dagangan melintas di perempatan limapuluh tak tampak lagi. Boleh jadi, hal ini dampak dari dibukanya beberapa pasar di wilayah lain.
“Sekarang ini pekan harian. Kalau dulu ini pekan Rabu dan Minggu. Sekarang yang belanja cuma orang Limapuluh,” kata Tugimin (66), warga Simpang Gambus, Kecamatan Limapuluh, Rabu (16/4/2025).
Tugimin menilai, sepinya pasar Limapuluh tak lepas dari keberadaan Pos Satlantas Polres Batu Bara yang berada di perempatan Limapuluh. “Ini sangat mengganggu, karena banyak pedagang takut melintas kena razia. Kalaupun berani lewat jalan belakang, itupun kena juga,” ungkapnya.
Dari amanatan medanmerdeka.com, keberadaan Pos Lantas Limapuluh, Polres Batu Bara, sudah banyak dikeluhkan warga, pedagang hingga pengendara. Selain berdampak terhadap Pasar Limapuluh, aktivitas pertokoan di perempatan Limapuluh juga tergerus, bahkan hingga sector pendidikan.
Sedari dulu, Simpang Empat Limapuluh, adalah pusat ekonomi untuk 7 kecamatan se-Batu Bara, termasuk sector pendidikan. Setidaknya terdapat sejumlah desa yang bersebelahan dengan Kabupaten Simalungun, mulai dari Mangkai Baru, Mangkai Lama hingga Sumber Makmur. Warga ketiga desa lebih memilih berbelanja ke Perdagangan, SImalungun, daripada ke Limapuluh, karena trauma kena razia Polisi. Begitu juga dengan warga Simpang Gambus, mereka memilih belanja dan sekolah ke Indrapura, daripada Limapuluh.
![]() |
Pos Satlantas Polres Batu Bara di Simpang Empat Limapuluh. (foto/ist) |
Tak ayal, dampak kehadiran Pos Lantas Limapuluh, di satu sisi sangat penting dalam penegakan hukum. Namun efek kehadirannya menggerus ekonomi masyarakat setempat yang menggantungkan hidup dari berjualan kebutuhan harian.
Masyarakat berharap keberadaan Pos Lantas Limapuluh, ini agar dibahas stakeholder terkait, mulai dari Kepolisian, DPRD hingga Pemkab Batu Bara, dengan harapan penegakan hukum dapat berjalan sesuai koridor hukum, namun ekonomi masyarakat lebih maju. Disamping itu, ke depan tak ada lagi uang masyarakat Batu Bara berbelanja miliaran rupiah berpindah ke Simalungun.
“Kita patuh hukum, tapi keberadaan Pos Lantas sudah tak layak di pusat kota, apalagi bangunannya sudah tak sesuai estetika berada di tengah badan jalan,” pungkas tokoh masyarakat.
Sejumlah warga dari beberapa desa bahkan para ASN mengaku trauma ketika berbelanja barang di beberapa toko mengaku ditongkrongi oknum-oknum Satlantas. "Apa gak kesal, gitu kita siap belanja langsung kena tampung. Lebih bagus uangnya beli token listrik, daripada bayar tilang," kesal warga. (zein)